Yang
namanya ‘Nyasar’ (tersesat,
keliru tempat,red) memang menjadi pengalaman unik selama melakukan perjalanan.
Ibarat dua sisi mata uang, nyasar bikin hati nyeseg, di lain kesempatan malah
bikin surprise!
Hari itu bersama serangkaian
teman (10 manusia), saya mau jalan-jalan ke pantai di kawasan Tulungagung atau
mungkin juga ke daerah Trenggalek. Yang penting, pagi itu kita kumpul di rumah kontrakan
–waktu tinggal di Kediri- lalu ke rumah teman di Blitar, nah keputusan akan di ambil pas rehat di rumah teman tersebut.
Udara pagi begitu segar saat
melintas perbatasan Kediri-Blitar sambil geguyonan
selama perjalanan (itu khas kami!). Layaknya anak muda yang masih labil,
kejadian seru selama motor-an serasa
di pilem-pilem remaja masa lalu.
Saling poto-poto sambil mengendarai
motor, tak lupa salip kanan-salip kiri, melintasi jalan seolah-olah jalan itu
milik kita saja, Petentang-petenteng
gokil khas muda hepi, tapi tetep saja
harus minggir ketika bus teriak pakai klakson. Ya kan kita juga nyadar kalau bus itu ‘Raja(H) Jalanan’, motor kami
yang kecil tidak mau donk diserempet
oleh pengemudi bus (yang seringnya ugal-ugalan). Kita sih bisa balas dendam pas
jalanan macet saja, motor gesit kita bisa nyusup
kesana-kemari sambil bilang, “kesalip
juga kan bus, maaph yeh!”
Dan akhirnya tiba di rumah
teman dengan selamat dan bahagia. Apalagi mendengar ibu teman saya bilang
‘belimbing di kebun belakang rumah udah besar-besar, degan-nya juga siap
panen’. Alamak! Kita sueneng berat. Meski
tujuan ke pantainya masih nanti, yang penting kita minum-minum es degan! Urusan
logistik emang tiada duanya (‘pan gratis pulah!)
Hingga kita semua ‘wareg’
–kenyang- sebelum melanjutkan tujuan ke pantai. Lalu semua berunding. Saya dan
teman saya (yang joki motor) mendengarnya kita semua akan menuju pantai Popoh
yang ada di pesisir selatan Tulungagung. Maka, perjalanan pun berlanjut.
Di persimpangan jalan, motor
teman saya ngadat. Saya pun turun dari motor. Ternyata bensin habis. Selama
cari kios bensin, teman-teman yang lainnya pun berlalu. Yang penting kita mengikuti
arah menuju pantai Popoh, nanti kita bisa ketemu di sana. Maka, perjalanan pun
berlanjut (lagi).
Menikmati perjalanan tidak
berkelompok memang sepi. Teman saya (yang bonceng saya) sudah ngebut biar bisa ketemu teman-teman yang
sudah melaju di depan. Tapi, ternyata tidak ketemu. Ya sudahlah, dinikmati saja
perjalanan melintasi bukit hutan jati menuju pantai Popoh. Lewat sms, teman
saya yang sudah melaju dulu bilang ketemunya
di gerbang atawa pintu loket masuk.
Hingga akhirnya kami sampai juga di loket pintu masuk pantai. Yang saya
dapatkan sepi. Tanpa terlihat gerombolan teman saya.
“Kok teman-teman tidak ada
ya, apa kita mendahului?!”, saya bingung bersama teman saya.
“Mungkin kita tadi terlalu
ngebut!”, timpal teman saya. Dan sepakat kita menunggu sebentar. Dan tiba-tiba
HP berdering.
“Kamu nyampai mana ne???”, tanya teman saya dari speaker HP.
“Hei, ini kita berdua udah
sampai loket masuk! Kalian kok lama??”, balas saya penasaran.
“Lho, kita ini juga sedang nunggu kamu kok tidak sampai-sampai!”
“Berarti kalian kesalip
donk?? Aku sekarang udah di depan loket masuk pantai Popoh, kawan. Cepetan”,
teriak saya.
“Pantai Popoh???? Kita ini
perjalanan ke pantai Prigi Trenggalek, dodol!!”
APAAHHHH???!!!
**@#@@#R%%%SH%###)
Pantai Popoh Tulungangung
dan pantai Prigi Trenggalek sama-sama terletak di pesisir selatan tapi jarak
antara ke duanya jauuuhhhhh!!!! Hati saya pun nyeseg selama perjalanan nyusul
rombongan teman-teman ke pantai Prigi Trenggalek.
***
Beberapa tahun kemudian,
saya perjalanan bertiga (lain teman di atas) ke Jogja.
Usai menyusuri wisata tirta
Taman Sari (dulu pemandian raja-raja dan ratu-ratu, juga pangeran-pangeran, dan
puteri-puteri kerajaan), kami dengan berjalan kaki berniat berkunjung ke
Keraton Yogyakarta. Melewati jalanan dan gang-gang rumah penduduk yang tidak kami kenal akhirnya kami sampai di
alun-alun selatan kota Yogyakarta. Dari kejauhan kami melihat sebuah pintu
gerbang yang setengah terbuka. Dengan penasaran kami memasukinya. Dan ternyata
kami sudah berada di area keraton. Maka Kami
pun berkeliling masuk dari ruang pamer satu ke ruang pamer keraton lainnya
(sambil bertanya-tanya dimana bilik loket masuknya ya?!)
Kami enjoy saja menikmati ‘galeri-galeri keraton’ yang banyak
menampilkan benda-benda koleksi kerajaan. Koleksi barang yang dipamerkan bagus-bagus
(mengundang decak kagum saya), juga menarik, dan eksotik. Kami masuk dari
bangunan satu ke bangunan yang lainnya. Bertemu dengan rombongan wisatawan satu
dan rombongan wisatawan yang lainnya. Ada yang domestik, dan ada juga yang mancanegara.
Ketika berpapasan, kami pasang senyum saat bertatap muka. Dan sejauh dari kami masuk
hingga lumayan capek berkeliling, kami bergumam dimana bilik loket masuknya
ya?!
Dan teka-teki bilik loket
masuk samar-samar terungkap. Sedari tadi, kami tidak menyadari bahwa sering
berpapasan dengan wisatawan lain justru kita bertiga yang berlawanan arah.
Jadi???
Akhirnya tahu-tahu tujuan
akhir kita bertiga bukannya gerbang tulisan ‘pintu keluar’ tetapi kita
mendapati (mendekati tepatnya) gerbang masuk pengunjung. ‘kita nyasar donk?!’ kami bertiga saling berpandangan
dan cekikikan.
Untungnya jarak gerbang
masuk dengan gerbang keluar pengunjung keraton tidak terlalu jauh. Melihat
gerbang keluar tentu saja kita buru-buru merapat ke sana dengan melewati
petugas penjaga pintu keluar tanpa pemeriksaan
tiket. Lega. Syukurlah!
Ah, nyasar kadang-kadang
juga berarti masuk gratis ya?!
*Perhatian! Dilarang mengikuti jejak nyasar saya, hehehehe J
* * *
NB: Meski begitu, saya termasuk tipe pelancong yang taat
bayar loket masuk tempat wisata lohhh!!