Sabtu, 25 Mei 2013

Nyasar.Com

Yang namanya ‘Nyasar’ (tersesat, keliru tempat,red) memang menjadi pengalaman unik selama melakukan perjalanan. Ibarat dua sisi mata uang, nyasar bikin hati nyeseg, di lain kesempatan malah bikin surprise!

Hari itu bersama serangkaian teman (10 manusia), saya mau jalan-jalan ke pantai di kawasan Tulungagung atau mungkin juga ke daerah Trenggalek. Yang penting, pagi itu kita kumpul di rumah kontrakan –waktu tinggal di Kediri- lalu ke rumah teman di Blitar, nah keputusan akan di ambil pas rehat di rumah teman tersebut.

Udara pagi begitu segar saat melintas perbatasan Kediri-Blitar sambil geguyonan selama perjalanan (itu khas kami!). Layaknya anak muda yang masih labil, kejadian seru selama motor-an serasa di pilem-pilem remaja masa lalu. Saling poto-poto sambil mengendarai motor, tak lupa salip kanan-salip kiri, melintasi jalan seolah-olah jalan itu milik kita saja, Petentang-petenteng gokil khas muda hepi, tapi tetep saja harus minggir ketika bus teriak pakai klakson. Ya kan kita juga nyadar kalau bus itu ‘Raja(H) Jalanan’, motor kami yang kecil tidak mau donk diserempet oleh pengemudi bus (yang seringnya ugal-ugalan). Kita sih bisa balas dendam pas jalanan macet saja, motor gesit kita bisa nyusup kesana-kemari sambil bilang, “kesalip juga kan bus, maaph yeh!”

Dan akhirnya tiba di rumah teman dengan selamat dan bahagia. Apalagi mendengar ibu teman saya bilang ‘belimbing di kebun belakang rumah udah besar-besar, degan-nya juga siap panen’. Alamak! Kita sueneng berat. Meski tujuan ke pantainya masih nanti, yang penting kita minum-minum es degan! Urusan logistik emang tiada duanya (‘pan gratis pulah!)
Hingga kita semua ‘wareg’ –kenyang- sebelum melanjutkan tujuan ke pantai. Lalu semua berunding. Saya dan teman saya (yang joki motor) mendengarnya kita semua akan menuju pantai Popoh yang ada di pesisir selatan Tulungagung. Maka, perjalanan pun berlanjut.
Di persimpangan jalan, motor teman saya ngadat. Saya pun turun dari motor. Ternyata bensin habis. Selama cari kios bensin, teman-teman yang lainnya pun berlalu. Yang penting kita mengikuti arah menuju pantai Popoh, nanti kita bisa ketemu di sana. Maka, perjalanan pun berlanjut (lagi).

Menikmati perjalanan tidak berkelompok memang sepi. Teman saya (yang bonceng saya) sudah ngebut biar bisa ketemu teman-teman yang sudah melaju di depan. Tapi, ternyata tidak ketemu. Ya sudahlah, dinikmati saja perjalanan melintasi bukit hutan jati menuju pantai Popoh. Lewat sms, teman saya yang sudah melaju dulu bilang ketemunya di gerbang atawa pintu loket masuk. Hingga akhirnya kami sampai juga di loket pintu masuk pantai. Yang saya dapatkan sepi. Tanpa terlihat gerombolan teman saya.

“Kok teman-teman tidak ada ya, apa kita mendahului?!”, saya bingung bersama teman saya.
“Mungkin kita tadi terlalu ngebut!”, timpal teman saya. Dan sepakat kita menunggu sebentar. Dan tiba-tiba HP berdering.
“Kamu nyampai mana ne???”, tanya teman saya dari speaker HP.
“Hei, ini kita berdua udah sampai loket masuk! Kalian kok lama??”, balas saya penasaran.
“Lho, kita ini juga sedang nunggu kamu kok tidak sampai-sampai!”
“Berarti kalian kesalip donk?? Aku sekarang udah di depan loket masuk pantai Popoh, kawan. Cepetan”, teriak saya.
“Pantai Popoh???? Kita ini perjalanan ke pantai Prigi Trenggalek, dodol!!”
APAAHHHH???!!!
**@#@@#R%%%SH%###)

Pantai Popoh Tulungangung dan pantai Prigi Trenggalek sama-sama terletak di pesisir selatan tapi jarak antara ke duanya jauuuhhhhh!!!! Hati saya pun nyeseg selama perjalanan nyusul rombongan teman-teman ke pantai Prigi Trenggalek.

***

Beberapa tahun kemudian, saya perjalanan bertiga (lain teman di atas) ke Jogja.

Usai menyusuri wisata tirta Taman Sari (dulu pemandian raja-raja dan ratu-ratu, juga pangeran-pangeran, dan puteri-puteri kerajaan), kami dengan berjalan kaki berniat berkunjung ke Keraton Yogyakarta. Melewati jalanan dan gang-gang rumah penduduk  yang tidak kami kenal akhirnya kami sampai di alun-alun selatan kota Yogyakarta. Dari kejauhan kami melihat sebuah pintu gerbang yang setengah terbuka. Dengan penasaran kami memasukinya. Dan ternyata kami sudah berada di area keraton. Maka  Kami pun berkeliling masuk dari ruang pamer satu ke ruang pamer keraton lainnya (sambil bertanya-tanya dimana bilik loket masuknya ya?!)

Kami enjoy saja menikmati ‘galeri-galeri keraton’ yang banyak menampilkan benda-benda koleksi kerajaan. Koleksi barang yang dipamerkan bagus-bagus (mengundang decak kagum saya), juga menarik, dan eksotik. Kami masuk dari bangunan satu ke bangunan yang lainnya. Bertemu dengan rombongan wisatawan satu dan rombongan wisatawan yang lainnya. Ada yang domestik, dan ada juga yang mancanegara. Ketika berpapasan, kami pasang senyum saat bertatap muka. Dan sejauh dari kami masuk hingga lumayan capek berkeliling, kami bergumam dimana bilik loket masuknya ya?!

Dan teka-teki bilik loket masuk samar-samar terungkap. Sedari tadi, kami tidak menyadari bahwa sering berpapasan dengan wisatawan lain justru kita bertiga yang berlawanan arah. Jadi???

Akhirnya tahu-tahu tujuan akhir kita bertiga bukannya gerbang tulisan ‘pintu keluar’ tetapi kita mendapati (mendekati tepatnya) gerbang masuk pengunjung. ‘kita nyasar donk?!’ kami bertiga saling berpandangan dan cekikikan.

Untungnya jarak gerbang masuk dengan gerbang keluar pengunjung keraton tidak terlalu jauh. Melihat gerbang keluar tentu saja kita buru-buru merapat ke sana dengan melewati petugas penjaga pintu keluar tanpa  pemeriksaan tiket. Lega. Syukurlah!

Ah, nyasar kadang-kadang juga berarti masuk gratis ya?!


*Perhatian! Dilarang mengikuti jejak nyasar saya, hehehehe J

* * *


NB: Meski begitu, saya termasuk tipe pelancong yang taat bayar loket masuk tempat wisata lohhh!!

Minggu, 19 Mei 2013

Foto-foto *comercial break*

ERUPSI!!!,,Eh,,,INTERUPSI!!!

Saya datang lagi!
Sebelum dilanjut episode Tamasya Museum#part 2, agaknya foto-foto saya mau tampil dulu sebagai promosi tempat menarik.
stay tuned*tetep di jalanan sehat dengan jalanjalansehat! ^_*


warga peserta upacara Kasodo

interior masjid agung Sumenep

Pantai Lombang, Sumenep yang memiliki hamparan pasir superhalus dan pesona cemara udang

interior masjid Muhammad Cheng Ho, Pandaan, Pasuruan

Masjid Muhammad Cheng Ho, dekat terminal Pandaan

Penjual Lampion di kota Probolinggo

lampion-lampion yang cantik

Pasir Putih Malikan, Jember

sisi lain Papuma, Pasir putih Malikan

Jalan pulang dari air terjun Kakek Bodo, Prigen, Pasuruan