Ketika berkunjung ke suatu tempat, saya usahakan untuk
memasukkan museum sebagai daftar melancong saya. Saya pikir, dengan berkunjung
ke museum wawasan kita semakin bertambah dan yang pasti banyak kita temui benda-benda
menarik di sana. Jadi, ketika hendak berangkat, saya searching ada museum apa saja di daerah tersebut. Saya memandang
sebuah museum adalah buku ‘gede’ yang tiap halamannya adalah ruang-ruang pajang
berisi koleksi benda antik.
*
Baru-baru ini, dalam rangka acara SEMIPRO (SEMInggu di kota
PRObolinggo) ada pameran benda koleksi museum-museum yang ada di Jawa Timur. Lumayanlah,
buat menambah pengetahuan referensi museum-museum yang ada di propinsi dimana
saya tinggal. Saya excited sama museum Kambang Putih Tuban yang saat itu memajang koleksi
sebagian kain tenun batik yang langka. Juga dipajang alat tenun tradisional.
Kemudian, saya juga tertarik Moko koleksi dari museum Trinil
kabupaten Ngawi. Sebagai benda peninggalan dari zaman perunggu di Indonesia,
selama ini saya hanya bisa menyaksikan dari gambar saja. Tapi malam itu saya
puas-puaskan melihat Moko dari jarak dekat (hmm,sebegitu hebohnya ya pertama
kali melihat Moko). Dan yang saya perhatikan ornamen yang ada dipermukaan
(bagian atas) terdapat gambar katak,
konon dulu digunakan sebagai genderang untuk ritual meminta hujan. Hehe, bisa
dibayangkan manusia-manusia baheula berjoget sambil menabuh Moko (angan-angan
nakal!,red).
Moko dari samping (dok.pribadi) |
Keterangan Moko (dok.pribadi) |
Di samping koleksi benda-benda kuno yang dipamerkan, saya
terperangah masuk ke stan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Kok mendadak
ada booth RSJ segala??, pikir saya
bingung. Well, meski rumah sakit
bukan museum, tapi tidak salah kan ada semacam ‘galeri’ benda-benda yang berkaitan
dengan RSJ yang dipajang untuk menambah pengetahuan pengunjung (jarang-jarang lho!). Di sana dipamerkan hasil karya
pasien gangguan jiwa, di antaranya lukisan. Dan yang seram, ada pasung dari
balok kayu. Wihhhh.
Melihat benda-benda koleksi museum memang menyenangkan, meski
saya sering kali menahan untuk tidak berteriak (histeris) kepada pengunjung lainnya
yang dengan tenangnya menyentuh atau bahkan ada yang sampai mengutak-atik benda
koleksi itu (hmmmrrpphhh). Saya sih cuma bisa melotot serta geram dalam hati. Padahal,
saya benar-benar menahan hasrat untuk tidak menyentuh (hanya memotret) benda
koleksi itu, eh ternyata penjaga museumnya cuek dan tidak menghiraukan
pengunjung yang jahil tersebut. Plis
dech!
***
(bersambung…)